Titik Nol Langit
Rp 70.000
Titik Nol Langit
Penulis : Hari Buntoro Baderi
Editor : Zainullah
Desain Cover : Nur Syarif
Tata Letak : Erda Novita Rusdiana
Penulis : Hari Buntoro Baderi
Editor : Zainullah
Desain Cover : Nur Syarif
Tata Letak : Erda Novita Rusdiana
Sinopsis Buku
Titik Nol Langit
Langit tak lagi sama.
Kini, ia bukan sekadar hamparan biru tanpa batas, tapi kisah yang hidup dan bernapas dalam kenangan, harapan, dan jejak-jejak mereka yang pernah menjelajahinya.
Raka telah kembali. Bukan sebagai anak hilang yang mencari sosok Ayah, tapi sebagai seseorang yang telah menemukan dirinya di tengah pecahan langit. Ia tak membawa harta, tak memegang peta. Hanya kompas tua, dan jurnal yang baru saja ditulis.
“Langit adalah pertanyaan, Dan petualangan… adalah cara terbaik menjawabnya.” tulisnya di halaman pertama.
Nina kini menjaga menara cahaya. Ia tak lagi bertanya ke mana harus pergi, tapi pada siapa ia bisa berbagi terang. Pulau Akar perlahan membangun kembali, dan langit mulai membuka jalur baru, bukan untuk kembali, tapi untuk meneruskan.
Di dunia yang dulu penuh kabut dan retakan, kini ada harapan. Dunia langit tidak sempurna. Tapi ia hidup. Dan itu cukup.
Trilogi ini berakhir di titik nol langit. Tapi seperti semua kisah yang benar-benar penting, akhir hanyalah nama lain dari sebuah permulaan.
Dan selama langit masih biru, selama kompas masih berani berputar, petualangan tidak pernah benar-benar selesai.
Titik Nol Langit
Langit tak lagi sama.
Kini, ia bukan sekadar hamparan biru tanpa batas, tapi kisah yang hidup dan bernapas dalam kenangan, harapan, dan jejak-jejak mereka yang pernah menjelajahinya.
Raka telah kembali. Bukan sebagai anak hilang yang mencari sosok Ayah, tapi sebagai seseorang yang telah menemukan dirinya di tengah pecahan langit. Ia tak membawa harta, tak memegang peta. Hanya kompas tua, dan jurnal yang baru saja ditulis.
“Langit adalah pertanyaan, Dan petualangan… adalah cara terbaik menjawabnya.” tulisnya di halaman pertama.
Nina kini menjaga menara cahaya. Ia tak lagi bertanya ke mana harus pergi, tapi pada siapa ia bisa berbagi terang. Pulau Akar perlahan membangun kembali, dan langit mulai membuka jalur baru, bukan untuk kembali, tapi untuk meneruskan.
Di dunia yang dulu penuh kabut dan retakan, kini ada harapan. Dunia langit tidak sempurna. Tapi ia hidup. Dan itu cukup.
Trilogi ini berakhir di titik nol langit. Tapi seperti semua kisah yang benar-benar penting, akhir hanyalah nama lain dari sebuah permulaan.
Dan selama langit masih biru, selama kompas masih berani berputar, petualangan tidak pernah benar-benar selesai.
Diskusi